Monday, February 28, 2011

Akibat Ranjang Sempit Aku Ngentot Ibu Mertua di Samping Istriku

This summary is not available. Please click here to view the post.

Diajarin Ngentot Kakak Kandung Sexy Berjilbab

This summary is not available. Please click here to view the post.

Kubiarkan Cucuk Kemaluannya Adik dalam rahimku

Jika ada yang tahu, siap akami yang sebenarnya, mungkin orang akan merajam kami. Karena kami adalah dua orang bersaudara kandung. Aku Rika, 21 tahun dan Adikku Anton berusia 16 tahun. Hanya kamilah anak ibu-bapa kami.
Sejak kecil, kami diajarkan untuk akrab dan saling menyayangi. Kami bermain bersama bahkan tidur pun sekamar, walau kami sudah sama-sama akil baliq. Ayah seorang saudagar. Sering pergi ke luar dari desa kami. Mungkin di sana pula kesalahanku, tidak mengetahui persis pekerjaan ayahku. Akhirnya baru kami ketahui, kalau ayah adalah salah seorang pimpinan pemberontak di daerah kami. Ketika ayah tidak pulang berbulan-bulan, ada saja orang yang selalu mengantarkan bungkusan buat ibu. Bungkusan itu berisi uang yang banyak sekali. Ibu pun memberikannya emas padu, lengkap dengan surat-suratnya. Haya aku yang tahu, dimana emas batangan itu disimpan ibu bersama dengan uang yang dibungkus plastic dengan rapi.
Pada satu malam, desa kami diserbu dan dibakar. Ibu bilang, aku harus lari membawa bungkusan dalam ransel, berisi pakaian dan uang yang banyak. Serta beberapa batang emas murni dalam ranselku dan ransel adikku.
“Cepat lari dan selematkan diri kelian. Kalau masih di sini, kelian pasti mati,” begitu ibu berkata tegas. Kami pun melarikan diri menyusuri jalan setapak menuju hutan dan mengendap-endap dengan adikku. Kami kasihan melihat ibu tinggal sendiri di rumah.
Dari kejauhan, kami melihat letusan senapan yang luar biasa berentetan dan tak lama api membesar dengan asap yang menjulang ke langit sore hari itu. Orang-orangpun berlarian. Aku dan adikku Anton mengendap di sebuah gubuk sepi. Beberapa orang melintas di gubuk dan kami kenal, kami memanggilnya untuk biasa menjadi teman kami. Orang itu pun menyeret kami menjauhi kampong menuju hutan. Dari merekalah kami ketahui, kalau banyak penduduk desa yang mati ditembak membabi buta. Mereka bercerita kalau orangtua mereka juga ditembak sama seperti ibuku karena di rumah kami dan rumah mereka ditemukan senjata api dan amunisi dala kamar tidur. Baru aku ketahui, kenapa ibu selama ini melarang kami memasuki kamar tidurnya.
Adikku Anton menangis. Aku juga. Tapi teman-teman kami mengatakan, tak ada gunanya menangis, karena tangis membuat kita lemah dan mati konyol. Yang hidup harus menyelamatkan diri. Kami pun terus berjalan. Sampai pada tempat yang kami anggap aman.
Besok paginya kami mengendap kembali ke desa kami. Aku berhasil menggali tanah di reruntuhan rumah kami. Aku tahu, ibu menanam beberapa potong emas padu dan aku masih menemukan empat batang emas padu dan membagi dua untuk membawanya dengan adikku. Dengan mantap hati, aku mengajak adikku merantau. Kami menyusur jalan dan menaiki bus dengan dua ransel.
Tiba di kota Medan, kami menginap di hotel. Dalam kamar hotel itu, aku membuka ransel. Dalam ranselku ada beberapa potong pakaian dan uang ratusan juta. Demikian juga dalam ransel adikku. Aku membawa empat enam batang Emas Padu dan adikku membawa delapan batang. Dalam ranselku ada selembar map kuning. Aku membukanya. Dalam map itu ada selembar surat pindah dan sebuah buku nikah. Fotoku dan foto adikku. Dalam surat nikah itu, aku adalah isteri adikku dimana identitas adikku dibuat berusia 21 tahun sama dengan usiaku. Kuminta adikku memeriksa map yang ada dalam ranselnya, ternyata sama. Kami saling menatap. Aku pun berpikir, ternyata semuanya sudah dipersiapkan oleh ibu dan bapa kami. Ternyata kepala desa kami, sudah mengetahui kejadian bakal terjadi.
Dengan naik kapal, kami menyeberang Pulau yang dikatakan akan kami tuju dalam surat pindah kami yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan Camat. Aku gak mengerti, apakah surat pindah itu asli atau palsu. Tapi aku hafal betul tandatangan pak kepala desa, yang juga kabarnya mati terbunuh, karena ikut juga dalam pemberontakan.
Setelah naik kapal selama seminggu, kami tiba di sebuah pulau yang besar dan kami kembali menginap di hotel. Beberapa hari menginap di hotel kami menemukan rumah mungil yang langsung kami beli. Kemudian kami mengurus surat pindah kami kepada Lurah setempat. Ternyata semua bisa selesai dengan uang.
Seperti biasa kami tidur sekamar. Bahkan kali ini, kami tidur seranjang, karena kami sama –sama takut di tempat yang baru. Aku pun memasuki Serikat Tolong Menolong. Ikut dalam kumpulan pengajian. Aku selalu tersenyum, bila aku dipangil Bu Anton. Yang mereka ketahui, Anton adikku adalah suamiku.
Yah… kami harus punya anak. Tapi, Anton adalah adikku. Kalau tidak, akan terbongkarlah semuanya. Bisa-bisa kami akan dilaporkan sebagai anak pemberontak dan kami ditangkap atau… Berjuta pikiran. Haruskah aku mengatakannya pada Anton, kalau kami harus punya anak? Haruskah aku mencari laki-laki lain untuk menghamiliku? Tak mungkin, karena aku adalah orang baru.
Malam itu, aku dengan dada bergetar antara rela dan tidak, mulai memeluk Anton dalam tidur. Anton menatapku dan tersenyum, lalu membalas pelukanku. Duh… adikku, haruskah aku berterus terang? Mulutku tak mampu mengucapkan kata-kata. Aku mengelus rambut adikku yang memang sangat manja padaku. Perlahan kudekatkan bibirku ke bibirnya dan membayangkan pacarku entah dimana dia kini. Tapi pacarku itu juga sudah berbulan tak pulang bahkan aku dengar kabar di tertembak dalam sebuah operasi.
Haaaa…. Bibirku disambut Anton dengan lembut. Bakan Anton lebih dulu memainkan lidahnya dalam mulutku. Sudah berbulan tak berciuman, aku jadi bergetar dan membalas ciuman itu dengan lembut pula. Kini tangan Anton malah meraba-raba tubuhku dan aku terangsang. Kuarahkan tangannya meraba tetekku.
“Kak… sudah lama aku menginginkannya,” bisiknya. Aku tersenyum
“Lakukanlah kehendakmu, Dik. Bukankah aku isterimu? Kita sudah punya surat nikah?
“Tapi kak?”
“Tidak ada tapi-tapian lagi. Mulai sekarang panggil saja namaku atau apa, jangan panggil lagi aku kakak, terlebih di depan orang lain…” aku pun meraba kemaluan Anton. Kami berpelukan dan aku membuka pakaianku dan bertelanjang. Aku melihat Anton menatap tubuhku yang telanjang dengan melotot. Seakan biji matanya akan keluar.
“Sekarang, kamu juga harus buka pakaianmu. Aku isterimu, perlakukanlah aku sebagai isterimu. Mulai sekrang aku milikmu dan kamu tak boleh bermanja lagi. Kamu harus bertanggung jawab pada isterimu, seperti ayah yang penuh tanggungjawab pada ibu,” kataku tegas dalam bisik.
Anton membuka pakaiannya dan bertelanjang. Kemaluannya begitu tegang. Kami berpelukan lagi dan berciuman. Kuarahkan tangannya meraba-raba vaginaku dan kuarahkan pula mulutnya untuk mengisapi tetekku bergantian kiri dan kanan. Aku begitu horny. Aku harus melupakan Anton adalah adikku. Kami beruda harus selamat. Bagaimana nanti, kami harus bercerai secara resmi dan Anton harus menikah dengan perempuan lain.
Aku sudah tak mampu membendung keinginanku. Kuminta Anton menaiki tubuhku untuk menyetubuhi diriku. Anton melakukannya. Berkali-kali Anton gagal memasukkan kemaluannya ke dalam lubang vaginaku. Haruskah aku aktif menuntunnya? Tak ada jalan lain. Aku pun menuntun kemaluan Anton untuk menusuk masuk ke dalam lubang kemaluanku. Anton mulai menekannya. Aku kesakitan. Kubisiki dia akan perlahan-lahan saja. Aku merasakan tusukan itu semakin dalam dan aku merasakan sakit dan perih.
“Tahan dulu, sayang…”
Anton menahan sebentar dan kuarahkan agar dia terus mengisapi tetekku. Kubisiki pula agar dia kembali menekan lebih dalam lagi setelah rasa perih sedikit berkurang. Kemudian aku meringis lagi memintanya menahan kemaluannya. Kemudian setelah perihnya terasa berkurang, aku minta anton menekannya. Anton menekannya lebih kuat sampai semua kemaluannya memasuki lubang sengamaku. Aku merasakan sangat kesakitan dan aku menjerit kecil.
“Maaf, kak. Sakit kak?” Anton kasihan padaku.
“Aku sudah bilang, mulai sekarang kamu tidak boleh lagi memanggilku kakak. Mengerti?”
“Maaf, aku lupa. Jadi aku harus pangil apa? Terserah. Boleh panggil namaku atau apa yang kamu suka.” Anton diam. Aku mengelus punggungnya. Aku menyesal juga memarahinya yang polos. Mungkin dia baru hanya sampai pada taraf berciuman saja dengan pacarnya. Setelah rasa sakit berkuarang, aku minta Anton menarik cucuk kemaluannya. Anton melakoninya dan perlahan dia menarik dan mencucuk kemaluannya. Sedikit terasa perih. Anton terus melakoninya, sampai rasa perih sudah berubah lain. Gesekan pada dinding rahimku, membuatku mulai menikmatinya. Aku mengelus-elus kepalanya. Tanpa sadar aku meneteskan air mataku.
“Kenapa Menangis, Kak? Sakit?”
“Aku tak mau dengar lagi kamu memanggilku kakak. Mengerti?”
Anton kembali meminta maaf dan terus menarik cucuk kemaluannya dalam rahimku. Rahimku terasa begitu penuh. Kuarik tengkuknya dan aku mencium bibirnya. Kami berpagutan. Secara reflek, Anton mulai mempercepat kocokan kemaluannya dalam lubang rahimku yang penuh. Aku pun mulai menikmatinya dengan penuh. Kami berpelukan dan saling berciuman. Anton melenguh penuh nikmat. Aku juga tak mampu membendung rasa nikmatku dan terus mendesis. Kami saling merespon dengan reflek juga. Akhirnya, Anton menekan kuat tubuhku dan aku memeluknya juga dengan kuat. Aku sudah tak mampu membendung kenikmatanku dan aku merasakan kenikmatan yang tak pernah kutemukan selama hidupku. Selama ini, aku hanya meraba-raba klitoisku untuk mendapatkan kenikmatan, secara sembunyi-sembunyi. Atau aku memeluk bantal guling, sembari membayangkan wajah kekasihku sedang mencumbuiku. Aku sudah sampai dan aku tahu Anton juga akan sampai, hingga dia mempercepat tusukannya dengan keras dan menahannya sampai aku merasakan tumpahan spermanya yang hangat. Anton melenguh setelah tiga kali menyemprotkan sperma hangatnya.
Aku sengaja tersenyum padanya.
“Aku bangga pada Papa. Papa hebat,” kataku sengaja mengucapkan kata papa padanya, agar dia tahu maksudku, walau sebenarnya aku merasa geli mengucapkan kata itu.
“Iya, Ma. Mama juga hebat,” bisik Anton. Mulai saat itulah aku dan Anton mulai menyebut diri kami dengan kata Papa dan Mama.
===== TAMAT ====

Ngintip Orang Tuaku Ngentot

namaku Budi. Sekarang aku berumur 23 tahun dan sedang menyelesaikan kuliahku. Yang ingin kuceritakan disini adalah pengalaman luar biasaku ketika masih smp kelas kelas satu bersama pembantuku. Terus terang kalau dipikir-pikir, pengalamanku itu bisa dibilang cukup mustahil terjadi di dunia nyata, bahkan aku juga mungkin akan sulit percaya seandainya ada orang yang menceritakan cerita ini padaku. Dan beginilah ceritanya….
Sore itu aku pulang ke rumah setelah bermain bola dengan teman2ku di lapangan sekolah. Ini udah sering kulakukan, apalagi sekolahku cukup dekat dengan rumahku dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit. Sesampainya di rumah, aku langsung makan makanan yang sudah disediakan ibuku. Setelah selesai makan, orang tuaku memanggilku dan dari nada suaranya kedengarannya cukup penting..

“Ada apa pa?”

“Duduk sini bentar, papa sama mama mau ngomong dengan kamu.”
“bud, kamu kan sudah cukup besar sekarang dan udah bisa mengurus diri sendiri sekarang. Sebetulnya dulu mama kamu kerja kantoran sebelum melahirkan kamu, dan begitu kamu lahir mama berhenti dari pekerjaannya karena mau ngurusin kamu.”

“Trus pa?” Jawabku asal..
“ya karena sekarang kamu udah smp, mama mau bekerja kembali dan ternyata kantornya mau menerimanya kembali”

“bagus dong ma, terus memangnya kenapa pa??”
“Ya kamu taukan papa pulangnya selalu malem, trus kalo mama kamu dah kerja lagi, pulangnya juga malem ntar. Jadi mungkin kami bakalan jarang ada di rumah. Trus nanti papa nyewakan pembantu buat ngurusin pekerjaan rumah. Tapi, kamu gak keberatan kan??”
“Ooh gitu yah. Tapi hari sabtu minggu, papa sama mama di rumah kan??”“Iya kami di rumah, jadi gimana?? Kamu gak keberatan kan bud??”“Yaudah, budi gak keberatan kok.” Sebetulnya si aku keberatan juga. Biasanya ada mama tapi gak ada papa aja aku ngerasa kesepian juga di rumah. Tapi, daridulu aku emang gak pernah bisa nolak yang di suruh orang tuaku..

“nah gitu dong, ternyata si budi udah dewasa ya pa??” kata mamaku..

“iya nih. Kamu tenang aja bud, papa bakal cariin yang cakep biar kamu gak bosen” Kata papaku sambil bercanda..
Akupun ikut ketawa, aku sama sekali gak kebayang pembantu macam apa yang bakalan kerja disini. Dan berkat dia, aku udah dapat hampir semua pengalaman seks pria dewasa… Besoknya aku pergi sekolah seperti biasa, dan agak berharap juga kalo pembantu aku tu bener2 cakep. ( Sebelumnya kami gak pernah punya pembantu. Hari itulah pertama kalinya ada orang asing di rumah. Dan itu agak membuatku penasaran juga.)

Sepulang sekolah, aku gak ikut bermain bola seperti biasa, aku kepingin cepat2 pulang ke rumah, karena penasaran.
Sesampainya didepan rumah, aku jadi gugup sendiri, dan mengetuk pintu dengan tak sabar. Begitu pintu terbuka, sesuai dugaanklu pembantu barukulah yanbg membukakan pintunya. Dan… aku agak kecewa juga si, ternyata gak secakep yang kubayangkan. Aku ngebayangkan, gimana yah kalo punya pembantu kaya bunga citra lestari (gak mungkinlah, kalo cewek secakep itu, paling rendah jadi barges om-om J).. Huehe, setelah mengusir lamunanku, aku perhatikan kembali wajahnya, ternyata lumayan manis juga, dan badannya juga cukup bagus dan agak tinggi. Akupun menyapanya, dan agak berbasa-basi sebentar sambil berjalan ke dalam rumah..
Hari-hari pertama si gak ada yang aneh dengan dia. Aku cukup sering memperhatikan dia. Apalagi kalo lagi nyapu, ugh pantatnya yang bulat dan menantang itu langsung membusung dengan bangganya. Walaupun aku masih kelas satu smp, aku udah sering menonton film bokep, jadi udah punya perbandingan soal bodi cewek. Walaupun bodinya kalah sama artis-artis bokep itu, tapi cukup membuatku terangsang dengan posisi-posisi tubuh yang dia lakukan sewaktu lagi mengerjakan tugasnya (emang dasar otak udah ngeres)..
Namun tetap aja, aku sama sekali gak berharap untuk menyentuh tubuhnya waktu itu. Aku hanya suka memperhatikan dia ketika dia lagi bekerja. Kelihatannya dia juga dah menyadari tatapanku ketika dia lagi bekerja, namun dia sepertinya gak terlalu peduli. Lagian aku Cuma anak berumur 13 tahun. Namun tanpa kusadari sebetulnya dia peduli, dan kayaknya dia juga menikmati ketika aku melihatnya dengan nafsu begitu. Seolah-olah dia sedang mengadakan pertunjukan untukku..
Setelah beberapa minggu masih tetap seperti biasa. Namun dia mulai menunjukkan kelakuan aslinya setelah itu. Dia mulai memakai pakaian yang terbuka di rumah. Dan rok yang dipakainya pun sangat pendek walau tidak ketat. Namun itu justru membuat roknya gampang tersingkap dan terlihatlah celana dalamnya.
Pertama kali aku melihatnya ketika dia sedang nonton tv di ruang dapur (papaku membeli tv itu khusus untuk pembantu biar dia gak bosen), dan kelihatnnya dia gak berusaha menutupinya, walaupun jelas-jelas aku berdiri di depan dia dan melihat celana dalamnya.
Aku bener terpaku saat itu, karena itu pertama kalinya aku melihat tubuh wanita di balik roknya secara langsung. Apalagi di rumah sendiri. Wajahku terasa panas dan jantungku berdegup kencang, dan sikapku sangat kikuk jadinya. Dan entah kenapa dia cuek-cuek aja, malah posisinya semakin menantang. Kakinya diangkat sebelah ke kursi dan yang sebelah lagi dbuka lebar ke samping. Dan semakin jelaslah terlihat pahanya yang mulus dan terutama celana dalamnya. Cukup lama juga aku mondar-mandir di depan dia. Namun setelah itu aku kembali ke kamar karena aku takut dia marah…
Sesampainya di kamar, aku masih terus keikiran kejadian tadi. Akhirnya karena gak tahan lagi, aku memutuskan untuk beronani di kamar mandi. Dan ternyata di kamar mandi ada benda yang baru saja aku lihat. Pakaian kotor pembantuku itu tergantung di kamar mandi. Dengan tak sabaran aku mulai mencari dan kutemukan juga celana dalam kotor pembantuku itu.
Dengan nafsu yang tak tertahankan aku mulai mendekatkan celana dalam itu ke wajahku. Kutempelkan di wajahku dan kuhirup dalam-dalam aromanya. Seketika bau-bau asing menyerang penciumanku.
Kucium juga bagian yang menutupi pantatnya. Wanginya benar-benar memabukkan, ingin rasanya aku menjilati anusnya setiap hari. Tangankupun mulai mengocok-kocok penisku. Kujilati bagian yang menutupi anusnya dengan nafsu. Waktu itu aku benar-benar berharap ada kotoran yang menempel di celana dalam itu.
Maniku keluar lebih cepat dari biasanya. Lalu akupun mulai menciumi bajunya. Kuhirup aroma tubuhnya, ketiaknya dan bau keringatnyapun mulai membiusku. Aku dah mulai terobsesi sama dia. Padahal sebelumnya aku hanya seneng memandanginya aja…

Setelah puas menghirup semua bau yang ada di pakaian kotornya aku pun mulai mandi dan membersihkan badanku.
Setelah selesai dan ketika hendak keluar, aku kaget bukan kepalang. Ternyata pintu kamar mandi gak kututup. Aku baru teringat, bahwa tadi aku lupa menutup pintu dan langsung mengambil pakaian kotor pembantuku itu. Dan kamar mandi itu pintunya di ujung, jadi kalo lupa nutup pintu dan gak ngeliat ke belakang, kita bisa gak sadar kalo kita lupa nutup pintu. Dan yang lebih membuat panik ternyata dari tadi pembantuku lagi nyapu ruang tamu, dan pintu kamar mandi itu memang menghadap ruang tamu.
Aku baru sadar kalo dari pertama tadi emang ada suara-suara kayak orang lagi beres-beres gitu, tapi karena kupikir pintunya dah kukunci aku nyantai-nyantai aja. Dan dirumah memang gak ada orang selain kami berdua. Artinya dia bisa ngeliat dengan jelas kegiatan aku dari pertama tadi…

Aku pun jalan dengan gugup dan muka tertunduk. Trus tiba-tiba dia ngomong sama aku…

“Udah siap mandinya dek??”

“Eh u..udah kak.” Jawabku dengan gugup..

“Kamu kaya cewek aja mandinya lama banget. Tadi kaka nungguin juga di depan pintu, eh rupanya masih lama mandinya..” katanya dengan senyum penuh arti..
Damn!!!, artinya, dia tau aku ngapain aja di dalam. Atau begitulah bayanganku. Akupun gak menjawab apa-apa dan hanya berlari ke kamar. Aku sempet kepikiran juga arti senyumannya itu. Apa dia bermaksud mengatakan kalo dia gak keberatan aku ngelakuin itu??? Atau dia punya maksud lain???? Halah, pikiran anak smp mang belum nyampe ke hal-hal yg seperti itu. Dan aku tetap aja ketakutan dia bakal marah…
Sejak itu, aku sering bgt berlama-lama di kamar mandi, menikmati pakaian kotor pembantuku. Aku selalu masuk kamar mandi setelah dia mandi. Dan pakaian kotornya masih anget, dan aromanya masih kuat. Pernah aku dapet bajunya yang basah sama keringat. Aah nikmat banget keringatnya yang asin itu. Dan lagi-lagi aku ngerasa aneh, kenapa dia gak nanya ke aku, kenapa aku selalu masuk setelah dia mandi. Yah mungkin dia udah tau gara-gara yang pertama kali itu, tp tetep aja aku gak ngerti kenapa dia gak marah.
Kegiatan ngintip celana dalam dia pun masih aku lakukan. Bahkan walaupun dia tau aku lg ngeliatin cdnya, dia cuek-cuek aja. Belakangan aku tau dia sengaja. Keliatannya dia emang suka mamerin tubuhnya gitu. Aku tau hal ini karena setelah beberapa bulan dia bekerja, aksi pamernya semakin menggila. Dia keluar kamar hanya dengan memakai celana dalam dan bra, dan mulai bekerja seolah gak ada kejadian apa-apa. Waktu ngeliat dia aku kaget setengah mati. Sampe-sampe aku bengong gitu. Dia malah cuek-cuek aja, gak lupa melempar senyum ke aku ketika berpapasan. Dan hari itu aku ngikutin dia terus. Pokoknya, dia lagi nyapu, lagi nonton, lagi beres-beres, aku pasti ikut. Dia juga (lagi-lagi) cuek-cuek aja. Tp, tetep aku gak berani mencoba menyentuh tubuhnya. Aku takut dia marah, terus minta berhenti.
Paling asyik tu waktu dia lagi nyapu kamarku, pantatnya yang nunggging di ruangan sempit itu, semakin terlihat menantang karena cuma dibungkus celana dalam. Apalagi kelihatannya cdnya agak lembab gara-gara keringat. Waktu itu aku lagi baca komik di kamar. Trus entah kenapa dia lama banget ngeberes-beresin kamarku. Padahal kamarnya kecil trus barang-barangnya juga dikit. Trus waktu udah selesai, dia gak langsung keluar kamar. Dia malah duduk di tempat tidurku, katanya si dia mau istirahat sebentar. Tp yang didudukinnya ternyata bantalku, dan lama juga dia disitu. Begitu dia pergi, aku langsung menciumi bantalku. Dan aroma pantatnya pun tercium . Ingin rasanya didudukin pantatnya di wajahku. Dan ternyata impianku itu kejadian esoknya…
Waktu itu kami lagi nonton tv di dapur. Seperti biasanya dia hanya mengenakan cd dan bra. Karena hari itu di sekolah ada pelajaran olahraga, badanku udah kecapean, dan kepingin istirahat. Tapi aku gak mau melewatkan saat-saat bersama dia. Jadi, karena dia liat aku terus-terusan nguap, dia nawarin untuk tiduran di pangkuan dia. Tanpa basa-basi langsung kuterima tawarannya.
Pahanya terasa hangat dan mulus di pipiku. ‘adik’ kecilku langsung bangun gara-gara itu. Akupun langsung pura-pura tertidur dan membalikkan badanku. Sehinggga sekarang aku tiduran mengahadap ke perutnya dia. Baru kali ini aku bisa ngeliat celana dalamnya dalam jarak sedekat ini. Aku bener-bener udah horny. Dan, pelan-pelan bibirku mulai mencoba menyentuh pahanya. Sentuhan pertama berhasil membuatku melayang. Pahanya teras hangat dan harum…
Kejutan yang kudapat gak berhenti sampai di situ. Ketika itu tiba2 hpnya yang di letakkan di meja sebelah sofa tempat kami duduk berbunyi. Dan dia pun pelan-pelan menggeser kepalaku dan meletakannya di sofa. Karena aku sedang pura-pura tidur, aku gak tau apa yang sedang terjadi. Dan ketika kubuka mata, ternyata dia lagi berlutut menyamping sambil mengotak-atik hpnya, dan kepalaku berada di tengah-tengah kedua lutunya. Dan entah kenapa, kulihat dia menurunkan pantatnya secara perlahan sampai akhirnya menyentuh wajahku. Dia menduduki wajahku. Aku gak percaya apa yang kualamin ini. Dan aku juga bisa ngerasain, kalo dia pelan-pelan menggerak-gerakkan pantatnya maju-mundur. Aaah,, aku bener-bener serasa di surga. Kuhirup dalam-dalam aroma pantatnya…
Setelah beberapa saat, tiba-tiba aku merasa ada yang menusuk-tusuk kepalaku. Ternyata itu jarinya. Dia sedang bermasturbasi rupanya. Aku menjadi semakin terangsang mendengar desahannya. Walaupun dia berusaha menahan suaranya. Pantatnya semakin bergerak tak terkendali di wajahku, kadang malah sampai membuatku gak bisa bernafas. Lalu tiba-tiba tekanan pantatnya di wajahku semakin kuat, dan tubuhnya mengejang, dan dia mengeluarkan desahan kecil tertahan.
Sepertinya dia udah ‘keluar’. Aah benar-benar saat-saat yang indah, walaupun nantinya aku bakal mengalamin yang lebih menarik lagi…Sejak itu, aku selalu berusaha menyentuh pantatnya, dan membuatnya seolah-olah gak sengaja. Tetap aja aku gak berani menyentuhnya dengan terang-terangan. Kadang-kadang aku lewat-lewat di belakangnya, atau meletakkan tanganku di tempat dia akan duduk, dan kelihatannya dia juga gak perduli walaupun dia sedang menduduki tanganku…
Seminggu kemudian, dia melakukan hal yang lebih gila lagi. Dia udah gak memakai apapun lagi di badannya. Walaupun gak setiap saat (mungkin dia takut masuk angin ;) . Tapi, ketika dia bekerja, dia tetap dalam keadaan bugil. Bukan itu aja, kalo dia ke kamar mandi juga udah gak pernah menutup pintu lagi.
Sehingga, apapun kegiatannya di kamar mandi kelihatan dengan jelas dari luar…Aku langsung menunggu dia nyapu ke kamarku, supaya bisa melihat lebih dekat. Dan setengah jam kemudian dia masuk kamarku., dan mulai membereskannya. Dan ketika dia nungging, terlihat jelasalah anusnya yang indah itu.
Ingin rasanya menjilati anusnya itu setiap hari, membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di sekeliling anusnya, uugh.. Lalu tiba-tiba dia menghadap ke aku yang sedang tiduran di tempat tidur, lalu berkata..
“Dek, kakak cape nih. Numpang duduk bentar yah??”“Eh? Yaa.. udah kak boleh”

Lalu dengan terkejut kusadari, dia bukan mau duduk di kursi atau di tempat tidur. Dia mengarahkan pantatnya ke wajahku. Awalnya dia berdiri di atas tilamku, lalu berjongkok dan perlahan-lahan mendudukkan pantatnya, yang sekarang gak terhalang oleh celana dalam, ke wajahku. Dan dia juga melebarkan belahan pantatnya dengan kedua tangannya, seolah-oleh ingin menempelkan anusnya ke wajahku.

anusnya menempel tepat di bibirku. Badanku bergetar karena gembira, dan gairah. Pertama-tama kucium mesra anusnya, dan pembantuku itupun mulai mendesah. Kucium lagi pinggiran-pinggiran anusnya dengan lembut.

perlahan-lahan kujulurkan lidahku dan kujilatin sekeliling anusnya, dan dia pun menggelinjang kegelian. Lalu kutusukkan secara perlahan lidahku ke anusnya. AAAh, sentuhan pertama yang bakal kuingat sampe tua. Anusnya rasanya agak pahit trus aneh gitu, susah deh ngejelaskannya. Kujilat-jilat anusnya dan sekarang dengan penuh nafsu, dan penuh kerinduan. Dia pun mulai bergerak liar di atasku.

Tangannya sekarang gak hanya diam. Yang kanan mengelus-elus kontolku. Yang kiri sedang sibuk bermasturbasi ria. Kocokannya berkali-kali terhenti karena sedang berkonsentrasi untuk menggapai kenikmatan…

“aaaaah,, budi jilatin terus anus kakak. Ah ayo sayang..” Teriaknya. Kelihatannya dia udah gak perduli apapun lagi. Dan beberapa saat kemudian dia menjambak rambutku dengan keras, dan setengah berdiri dengan lutunya, dan mengerang, pertanda dia sudah mencapai orgasme…

“Makasih yah dek, sekarang giliran kakak yang muasin kamu” katanya sambil tersenyum manis. Diciuminya bibirku dengan ganas. Karena aku masih dalam pertumbuhan, ukuran bibirnya dengan bibirku jauh berbeda. Dengan mudahnya dia melumat bibirku yang mungil ini, bahkan ketika dia menciukmku, dagukupun ikut terkena ciumannya.

Dijilatinya bibirku, lalu dimasukkannya kedalam mulutku. Akupun berusaha menggapai lidahnya dengan lidahku. Lalu kuemut-emut lidahnya, lalu aku mulai menghisapnya. Lalu dia mengangkat kepalanya dan mulai meneteskan liurnya kedalam mulutku. Langsung kutelan dengan bernafsu. Berkali-kali kami lakukan itu.

Setelah itu dia mulai menjilatiku lagi. Dari mulai pipi, hidung, keingku, dan daguku. Sampai-sampai wajahku basah kena jilatannya. Dan dia pun mulai meludahi wajahku dengan gemas. Aku hanya diam aja menikmati segala perlakuannya padaku. Perlahan-lahan jilatan-jilatannya mulai turun keleher, lalu kedada dan sampai ke putingkupun dijilat-dan dihisap-hisapnya. Dan tangannya meraba-raba putingku yang satunya ladi…

Setelah itu, dia membuka celanku sampai terlihatlah kontolku yang masih kecil mungil ini. Dan dia membuka mulutnya dan langsung memasukkannya ke dalam mulutnya. Aah rasanya bener-bener nikmat. Setiap sedotannya membuat seluruh tubuhku menegang. Dan tanpa sadar tangankupun mulai menarik-narik wajahnya dengan nafsu. Dan dia terus menghisap-hisap titiku tanpa menggunakan tangannya sama-sekali. Dan setelah beberapa menit, aku sudah ingin keluar..

“Kaak, adek udah mau keluar nih” kataku. Dia pun semakin memperkuat hisapannya sampai terasa sakit. Dan kukeluarkan semuanya di mulutnya. Dan kuliahat dia menelannya dengan semangat. Dan menjilati sisa-sia maniku di ujung kontoltku. AAh rasanya sangat nikmat…

“Gimana?? Kamu puaskan??”

“Eh, iya kak. Adek puas banget. Adek udah lama beronani smbil ngebayangin kakak.” Kataku tanpa malu-malu lagi…

“Hihihi. Nakal kamu yah, kenapa kamu gak langsung datengin kakak trus minta kakak ngent*tin kamu?” Aku agak kaget mendengar dia tiba-tiba berkata vulgar. Tapi terlihat di wajahnya kelihatannya dia senang berkata-kata jorok seperti itu…

“Kan kasian tongkol kamu kamu dek, setiap hari cuma dapetnya tangan kamu sendiri. Kan mendingan ent*tin kakak aja??” Katanya dengan tatapan penuh nafsu..

“Mulai sekarang, kalo kamu lagi kepengen kamu bilang kaya gini ke kakak, ‘kaak, adek pengen ngentot ya??”

“Iyaa kak..”

“Coba bilang dong” pintanya…

“Kaaak, adek pe..pengen ngentot jawabku dengan gugup…

“Naah, gitu yah bilangnya. Ntar kakak entotin kamu.”

“i…iya kak.”

Lalu karena aku sudah cape, akupun tertidur sambil berpelukan dengan dia. Kami udah kaya suami istri aja…

Sejak itu, kami sering melakukan itu lagi. Dan kalo kami gak sedang ber‘main’ pun dia tetap aja gak memakai bajunya. Aku juga sering ikut mandi bareng dia. Dan karena udah sangat terobsesi sama dia, kotorannya pun bisa membuatku terangsang.

Hampir tiap hari aku minta dia mengencingiku. Kadang kutelan semua kencingnya sampai gak bersisa. Setelah bosan dengan kencingnya, tainyapun kujamah juga. Sampe-sampe setiap dia mau buang kotoran dia harus memberitahuku dulu.

Kalo aku lagi gak mau, barulah dia ke wc secara biasa. Dan kami melakukannya di mana-mana, namun kami selalu berhati-hati agar kencing atau tainya gak berceceran. Aku juga memaksanya untuk ikut merasakan tainya sendiri, lalu setelah itu acara berciuman kamipun jauh lebih hot karena mulut kami penuh dengan kotoran…

Aku sadar apa yang kami lakukan itu jauuh diluar batasan normal (dari pertama juga sebenarnya udah gak normal. Masak cewek berumur 26 tahun main sama anak berumur 13 tahun???). Tp aku gak bisa ngebohongin diri sendiri, karena aku juga sangat menikmatinya.

kadang-kadang kalo ortuku nginap di rumah nenek (waktu itu nenekku udah sakit-sakitan jadi ortuku nginap diasana buat ngejagain) sampe seminggu, dia mengajak temennya menginap, dan kami bertiga melakukanhal-hal yang sangat liar, bahkan adik perempuannya sendiripun (adiknya waktu itu berumur 16 tahun, terus ruypanya dia sering menceritakan apa aja yang udah kami lakukan, dan ternyata suati kali adiknya mengatakan bahwa dia penasaran dan kepingin nyobain main dengan anak-anak) diajaknya ikut bergabung dengan kami. Dia bekerja selama 4 tahun di rumahku, dan itu adalah 4 tahun terindah sepanjang hidupku……

===== TAMAT =====